Saiful Ma'ruf

TAFSIR FI ZILALIL QURAN Yaasin (Ayat 20 – 32)

TAFSIR FI ZILALIL QURAN
“Di bawah bayangan Al-Quran”
Yaasin (Ayat 20 – 32)
Pentafsiran ayat ayat 20 - 25

Inilah sambutan dan hati yang tertutup dari da’wah para rasul. Ltulah contoh hati yang dibicarakan oleh surah ini dalam pusingannya yang pertama dan itulah gambaran contoh yang wujud di alam kenyataan. Adapun contoh orang yang mengikut al-Quran dan takut kepada Allah walaupun ia tidak melihat-Nya, maka dia mempunyai cara bentindak dan cara menyambut dawah yang berlainan pula:

20. “Dan datanglah seorang lelaki dan daerah pedalaman negeri itu, lalu dia berseru: Wahai kaumku! Ikutilah para rasul.”
21. “Ikutilah mereka yang tidak meminta dari kamu sebarang upah dan mereka pula adalah orang orang yang mendapat hidayat.”
22. “Mengapa pula aku tidak patut menyembah Tuhan yang telah menciptakanku dan kepadaNya sekalian kamu akan dikembalikan.
23. “Apakah wajar bagiku menyembah tuhan-tuhan yang lain, sedangkan jika Tuhan Yang Maha Penyayang itu mahu menimpakan sesuatu bala
bencana ke atasku, nescaya mereka tidak dapat menolongku sedikit pun dan tidak pula dapat menyelamatkanku.”
24. “Sesungguhnya aku — jika aku berbuat demikian — berada di dalam kesesatan yang amat jelas.”
25. “Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhan kamu. Oleh itu dengarlah nasihatku.”

Itulah sambutan fitrah yang sihat kepada da’wah yang benar dan lurus, mudah dan hangat. ltulah fahaman yang lurus dan sambutan terhadap nada pernyataan yang kuat yang menjelaskan kebenaran yang begitu nyata. Lelaki ini telah mendengar dawah dan terus menyambutnya setelah dia melihat dalil-dalil yang benar dan logis. Apabila hatinya merasakan hakikat iman, maka hakikat inipun bergerak di dalam hatinya dan dia tidak dapat lagi mendiamkan dirinya. Dia tidak dapat lagi duduk di rumahnya apabila ía melihat kesesatan, kekufuran dan kejahatan di sekelilingnya. Dia terus keluar mendapatkan kaumnya membawa keimanan yang terpacak di dalam hati dan bergerak dalam perasaannya, sedangkan kaumnya mendustakan para rasul dan mengancam mereka. Dia datang mendapatkan mereka dari daerah pedalaman negeri itu untuk melaksanakan kewajipannya, yaitu untuk menyeru kaumnya kepada kebenaran dan menghalangkan mereka dari melakukan kezaliman dan pencerobohan terhadap para rasul yang harnpir-hampir dilakukan mereka. Orang ini nampaknya bukanlah seorang yang mempunyai pangkat dan kuasa dan bukan pula seorang yang disegani di kalangan kaumnya atau mempunyai keluarga yang kuat di belakangnya, tetapi ‘aqidah yang hidup di dalam hati nuraninya itulah yang mendorongnya datang dari daerah pedalaman negeri itu.

20 - 21. “Lalu berseru: Wahai kaumku! Ikutilah para rasul, ikutilah mereka yang tidak meminta dari kamu sebarang upah dan mereka pula adalah orang yang mendapat hidayat.” Yakni orang yang berda’wah seperti ini tanpa meminta upah dan mencari keuntungan adalah orang yang benar. Jika tidak, apakah yang membuat dia sanggup bersusah payah andainya tidak karena semata-mata menjunjung perintah dari Allah? Apakah yang mendorong mereka memikul tugas da’wah? Dan menghadapi manusia dengan ‘aqidah yang berlainan dari ‘aqidah yang dipegang mereka? Dan sanggup mendedahkan diri mereka kepada gangguan tindakan jahat, ejekan dan penindasan mereka, sedangkan dia tidak mendapat apa-apa hasil dan tidak pula meminta apa-apa upah dari mereka?

21. “Ikutilah mereka yang tidak meminta dari kamu sebarang upah dan mereka pula adalah orang-orang yang mendapat hidayat.” Tanda mereka mendapat hidayah itu amat jelas dapat dilihat pada tabiat da’wah mereka, yaitu mereka menyeru manusia supaya menyembah Tuhan Yang Maha Esa dan mengikut jalan yang terang. Mereka menyeru kepada satu aqidah yang tidak ada di dalamnya sebarang khurafat dan kesamaran, dan mereka rnendapat hidayat ke jalan yang lurus. Kemudian lelaki itu kembali menceritakan kepada mereka tentang dirinya dan sebab sebab mengapa dia beriman:

22. “Mengapa pula aku tidak patut menyembah Tuhan yang telah menciptakanku dan kepada-Nya sekalian kamu akan dikembalikan.”

23. “Apakah wajar bagiku menyembah tuhan-tuhan yang lain, sedangkan jika Tuhan Yang Maha Penyayang itu mahu menimpakan sesuatu bala
bencana ke atasku, nescaya mereka tidak dapat menolongku sedikit pun dan tidak pula dapat menyelamatkanku.”

24. “Sesungguhnya aku — jika aku berbuat dernikian — berada di dalam kesesatan yang amat jelas.” ltulah pertanyaan yang terbit dari fitrah yang mengakui adanya Khaliq yang menjadi punca kewujudannya.

22. “Mengapa pula aku tidak menyembah Tuhan yang telah menciptakanku?” Mengapa aku seharusnya menyeleweng dari jalan yang tabi’i ini yang mula-mula sekali terlintas di dalam jiwa? Fitrah manusia tertarik kepada Pencipta yang menjadikannya. Dia tidak akan menyeleweng darinya melainkan dengan dorongan yang lain yang bertentangan dengan fitrahnya, dia tidak akan membelok ke lain melainkan dengan pengaruh yang lain yang bukan dari tabiatnya. Dari awal lagi ia bertawajjuh kepada Allah Yang Maha Pencipta. ltulah pusat tawajjuh yang tidak memerlukan kepada mana-mana unsur yang luar dari tabiat dan tarikan semulajadi jiwanya. Lelaki yang beriman ini merasakan semua hakikat ini di lubuk hatinya. Oleh sebab itulah dia mengeluarkan kata-katanya yang amat jelas dan lurus tanpa berpurapura, berbelit-belit dan tanpa bersimpul-simpul. Dia juga merasa dan sedar dengan fitrahnya yang benar dan bersih bahwa seluruh makhluk itu pada akhirnya akan kembali kepada Khaliqnya sebagaimana segala sesuatu itu pulang kepada asalnya:

22. “Dan kepada-Nya kamu sekalian dikembalikan.” Dia bertanya: Mengapakah aku tidak menyembah Tuhan yang telah menciptakanku dan Dialah yang menjadi titik kembalinya seluruh makhluk? Dia memperkatakan tentang perkembalian mereka kepada Allah yang juga menciptakan mereka. Oleh itu dia berhak menyembah-Nya. Kemudian lelaki ini menyebut satu cara hidup yang lain yang bententangan dengan cara hidup fitrah yang lurus dan memandangnya sebagai suatu kesesatan yang begitu ketara:

23. “Apakah wajar bagiku menyembah tuhan-tuhan yang lain, sedangkan jika Tuhan Yang Rahman itu mahu menimpakan sesuatu bala bencana ke atasku, nescaya mereka tidak dapat menolongku sedikit pun dan tidak pula dapat menyelamatkanku.” Siapakah lagi yang lebih sesat dari orang yang meninggalkan logik fitrah yang menyeru makhluk supaya menyembah Penciptanya, lalu dia menyeleweng kepada menyembah yang lain dan Allah Pencipta tanpa sesuatu keperluan dan dorongan? Siapakah lagi yang lebih sesat dan orang yang menyeleweng dan Allah Pencipta kepada Tuhan-tuhan yang lemah yang tidak berkuasa melindungi mereka dari bala bencana apabila Allah berkehendak menimpakan bala bencana ke atas mereka dengan sebab penyelewengan dan kesesatannya?

24. “Sesungguhnya akü jika aku berbuat demikian — berada di dalam kesesatan yang amat jelas.” Kini lelaki yang bercakap dengan lidah fitrah yang benar dan jelas itu menyatakan keputusannya yang akhir di hadapan kaumnya yang telah mendustakan para rasul dan mengancam keselamatan mereka, karena suara fitnah di dalam hatinya lebih kuat dan segala pendustaan dan ancaman

25. “Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhan kamu. Oleh itu dengarlah nasihatku.” Demikianlah dia melahirkan pengakuan imannya yang yakin dan tenang dan menjadikan mereka sebagai saksi-saksi di atas keimanannya itu. Dia menyarankan kepada mereka supaya membuat pengakuan beriman sepertinya atau menyarankan bahwa dia tidak mempedulikan apa yang akan dikatakan mereka.


Pentafsiran ayat-ayat 26-27
Cara penceritaan kisah ini menyarankan bahwa penduduk negeni itu tanpa berlengah-lengah lagi telah membunuh lelaki itu walaupun tidak sedikit pun disebutkan secara terus terang, malah tirai dilabuhkan begitu sahaja menamatkan kisah dunia dengan segala isinya dan menamatkan kisah kaum itu, kemudian tirai diangkatkan kembali dan tiba-tiba kita melihat lelaki yang syahid itu telah berada di alam Akhirat dan melihat penghormatan yang disediakan Allah untuknya, yaitu penghormatan yang layak dengan darjah seorang Mu’min yang berani, ikhlas dan gugur syahid:

26. “(Setelah dia dibunuh) dia dipersilakan malaikat: Masuklah ke dalam Syurga. Lalu dia berkata: Alangkah baiknya jika kaumku mengetahui.”

27. “Limpah keampunan yang dikurniakan Tuhanku kepadaku dan menjadikanku dalam golongan para hamba yang dimuliakanNya.” Hidup dunia adalah berhubung dengan hidup Akhirat dan kita melihat bahwa kematian itu hanya suatu perpindahan dari alam fana kepada alam baqa, dan ia merupakan satu hayunan langkah yang menyelamatkan lelaki yang Mu’min itu dari kesempitan bumi kepada keluasan Syurga, dari pencerobohan kebatilan kepada ketenteraman kebenaran, dari ancaman kezaliman kepada keselamatan ni’mat dan dari gelap-gelita jahiliyah kepada cahaya keyakinan.


Pentafsiran ayat-ayat 28 - 29
Inilah balasan orang yang beriman. Adapun balasan orang yang melakukan kezaliman dan keterlaluan, maka kepada Allah balasan itu adalah lebih mudah dari mengirimkan bala tentera malaikat untuk menghancurkan mereka, karena mereka terlalu lemah: 28. “(Dan sesudah itu) Kami tidak menurunkan sebarang pasukan tentera dari langit untuk mernbinasakan kaumnya dan Kami tidak pula perlu menurunkan pasukan itu.”

29. “Tiada (suatu yang diperlukan) melainkan hanya satu pekikan sahaja, maka seluruh mereka mati sunyi sepi.” Al-Qur’an tidak menerangkan dengan panjang lebar tentang bentuk kebinasaan yang menimpa kaum itu, karena memperkecilkan taraf kedudukan mereka. Hanya dengan satu pekikan sahaja seluruh mereka binasa dan mati. Kemudian tirai pun dilabuhkan menutup pemandangan kesudahan yang amat malang dan hina.

Kumpulan ayat-ayat 30 - 68
30. Alangkah besarnya penyesalan yang menimpa hamba-hamba-Ku yang menentang rasul. Tiada seorang rasul yang datang kepada mereka melainkan mereka ejekannya.
31. Tidakkah mereka mengetahui berapa banyak umat sebelum mereka yang telah Kami binasakannya dan mereka tidak lagi pulang kepada
mereka (di dunia)?
32. Dan setiap orang dari mereka pasti akan dihadirkan di hadapan Kami.
33. Dan satu bukti yang terang untuk renungan mereka ialah kejadian bumi yang mati. Kami telah hidupkan bumi itu (dengan tumbuh tumbuhan) dan Kami keluarkan darinya biji-bijian dan darinya juga mereka mendapat makanan.
34. Dan Kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur dan Kami alirkan padanya matair-matair.
35. Supaya mereka dapat memakan hasil-hasil buah-buahannya dan hasil hasil dari apa yang diusahakan tangan mereka. Mengapakah mereka tidak bersyukur?
36. Maha Sucilah Allah yang telah menjadikan seluruh makhluk secara berpasang-pasangan, yaitu dari tumbuh-tumbuhan di bumi dan diri mereka sendiri, juga kejadian-kejadian yang lain yang tidak diketahui mereka.
37. Dan satu lagi bukti yang terang untuk renungan mereka ialah kejadian malam; Kami hapuskan siang tiba-tiba seluruh mereka berada dalam gelap gelita.
38. Juga perjalanan matahari yang berlari ke tempat perhentiannya. Itulah perencanaan yang telah diaturkan Allah Yang Maha Perkasa dan Maha
Mengetahui.
39. Juga perjalanan bulan Kami aturkan perjalanannya beredar melalui beberapa peringkat perkembangan dan pada akhirnya Ia kembali ke
peringkat awalnya dengan bentuk melengkung seperti tandan tamar yang tua.
40. (Dengan peraturan itu ) matahari tidak mungkin mengejar bulan dan malam tidak mungkin mendahului siang. Tiap-tiap satunya terapung
apung béredar di tempat peredaran masing-masing.
41. Dan satu lagi bukti yang terang untuk renungan mereka ialah Kami telah mengangkut zuriat keturunan mereka dalam bahtera yang penuh
sarat.
42. Begitu juga kami ciptakan untuk mereka kenderaan-kenderaan lain yang sama sepertinya yang dapat dinaiki rnereka.
43. Dan jika Kami kehendaki nescaya Kami menenggelamkan mereka dan (ketika itu) tiada siapa yang berkuasa menolong mereka dan tidak pula mereka dapat diselamatkan.
44. Melainkan dengan rahmat dan keni’matan hidup dan limpah kurnia Kami hingga ke satu masa yang tertentu.
45. Dan apabila dikatakan kepada mereka: Jagalah diri kamu (dari punca punca kemurkaan Allah yang ada) di hadapan kamu supaya kamu
dirahmati Allah (mereka tidak menghiraukannya).
46. Dan tiada suatu ayat dan ayat-ayat Allah yang sampai kepada mereka melainkan mereka terus berpaling darinya.
47. Dan apabila dikatakan kepada mereka: Dermakanlah sebahagi rezeki yang telah dikurniakan Allah kepada kamu, maka rnereka yang kafir berkata kepada mereka yang beriman: Apakah wajar bagi kami memberi makan kepada mereka (fakir miskin) sedangkan jika Allah kehendaki tentulah Dia sendiri akan memberi makan kepada mereka? Kamu sebenarnya berada di dalam kesesatan yang amat nyata. 48. Dan mereka bertanya: Bilakah Qiamat yang dijanjikan ini jika kamu bercakap benar?
49. Sebenarnya mereka hanya menunggu satu pekikan sahaja yang akan membinasakan mereka, sedangkan mereka ketika itu sedang leka bertengkar.
50. Karena itu mereka tidak sempat meninggalkan pesanan dan tidak sempat kembali mendapatkan keluarga mereka.
51. Dan apabila sangkakala (kedua) ditiupkan, maka seluruh mereka mendadak keluar dari kubur-kubur mereka menuju kepada Tuhan mereka.
52. Mereka berkata: Alangkah celakanya nasib kami! Siapakah yang telah membangkitkan kami dan tempat tidur kami ini? inilah kebangkitan (hari) yang dijanjikan Tuhan Yang Maha Penyayang dan amat benarlah sekalian rasul itu.
53. Hanya dengan satu pekikan sahaja tiba-tiba seluruh mereka dihadirkan di hadapan Kami.
54. Pada hari ini setiap orang tidak akan dianiayai sedikit pun dan kamu tidak akan dibalas melainkan menurut amalan yang dilakukan kamu.
55. Sesungguhnya penduduk Syurga pada hari ini berada dalam kesibukan meni’mati pelbagai kenimatan.
56. Mereka dan pasangan-pasangan mereka berada di bawah naungan yang teduh dan bersandar di atas takhta.
57. Di dalam Syurga mereka dihidangkan berbagai-bagai buah-buahan dan mereka memperolehi apa sahaja yang diidami mereka.
58. (Mereka menerima) ucapan selamat sejahtera dan Tuhan Yang Maha Pengasih.
59. Kemudian diperintahkan kepada mereka: Pada hari ini asingkan diri kamu (dan orang-orang Mumin), wahai orang-orang yang berdosa!
60. Wahai anak-anak Adam! Tidakkah Aku telah perintah kepada kamu supaya kamu jangan menyembah syaitan? Karena syaitan itu musuh kamu yang amat nyata.
61. Dan supaya kamu menyembahKu. Inilah jalan yang lurus.
62. Dan sesungguhnya syaitan itu telah menyesatkan sebilangan yang amat ramai dari kamu. Apakah tidak kamu berfikir?
63. (Kemudian mereka ditunjukkan): inilah Neraka Jahannam yang telah diancamkan kepada kamu.
64. Rasakanlah bakarannya pada hari ini dengan sebab kekufuran yang dilakukan kamu.
65. Pada hari itu Kami tutupkan mulut mereka dan membiarkan tangan mereka memberi keterangan kepada Kami dan membiarkan kaki mereka
menjadi saksi terhadap segala apa yang dilakukan mereka.
66. (Pada hari ini) jika Kami kehendaki, Kami boleh menghapuskan penglihatan mereka dan menyebabkan mereka (lintang-pukang) berlumbalumba menyeberangi Sirat. Bagaimana mungkin mereka melihat?
67. Dan jika Kami kehendaki Kami boleh ubahkan mereka menjadi kaku dan terpaku di tempat mereka dan karena itu mereka tidak dapat mara ke depan dan pulang ke belakang.
68. Dan siapa yang Kami panjangkan umurnya, Kami akan kembalikannya semula kepada keadaannya di zaman kecil. Apakah tidak mereka berfikir?

Latar belakang dan pokok pembicaraan
Setelah memperkatakan di dalam pelajaran pertama tentang orangorang Musyrikin yang menentang dan mendustakan dawah Islam dan tentang kisah teladan yang dikemukakan kepada mereka, yaitu kisah penduduk sebuah negeri yang mendustakan rasul-rasul mereka dan nasib kesudahan mereka yang telah dibinasakan Allah,

29. “Maka seluruh mereka mati sunyi sepi” maka di dalam pelajaran ini al-Qur’an mulai memperkatakan secara umum mengenai sikap para pendusta dalam setiap agama yang benar. Ia menayangkan gambaran manusia manusia sesat di sepanjang abad. Ia melahirkan keluhan kecewa terhadap orang-orang yang tidak mahu mengambil pengajaran dari umat-umat yang telah binasa sebelum mereka, sedangkan umat ini tidak akan pulang melainkan pada hari Qiamat:

32. “Dan setiap orang dari mereka pasti akan dihadirkan di hadapan Kami.” Kemudian ia mulai membentangkan bukti-bukti kekuasaan Allah pada kejadian kejadian alam buana yang sentiasa disaksikan oleh mereka dengan hati yang cuai dan lalai. Bukti-bukti kekuasaan Allah itu terdapat pada kejadian diri mereka sendiri, pada kejadian-kejadian di sekeliling mereka dan di dalam sejarah meneka yang lama, namun demikian mereka tidak merasa apa apa dan apabila diberi peringatan mereka tidak mengambil peringatan. –

46. “Dan tiada suatu ayat dari ayat-ayat Allah yang sampai kepada mereka melainkan mereka terus berpaling darinya.” Mereka pinta disegerakan azab karena tidak percaya:

48. “Dan mereka bertanya: Bilakah Qiamat yang-dijanjikan jika kamu bercakap benar?” Sesuai dengan permintaan mereka supaya disegerakan azab itu, al- Quran menayangkan satu pemandangan yang panjang dan pemandanganpemandangan hari Qiamat, di mana mereka melihat dengan jelas nasib kesudahan mereka yang malang yang dipinta mereka supaya disegerakannya itu seolah-olah kelihatan terpampang di hadapan mata mereka.

Pentafsiran ayat-ayat 30 - 32
30. “Alangkah besarnya penyesalan yang menimpa hamba-hambaKu yang menentang rasul. Tiada seorang rasul yang datang kepada mereka
melainkan mereka ejekkannya.”
31. ‘Tidakkah mereka mengetáhui beberapa banyak umat sebelum mereka yang telah Kami binasakannya dan mereka tidak lagi pulang kepada
mereka (di dunia)?”
32. “Dan setiap orang dari mereka pasti akan dihadirkan di hadapan Kami”
Penyesalan ialah perasaan hati terhadap sesuatu perkara yang didukacitakan yang membuat seseorang itu tidak dapat berbuat apa-apa selain dan merasa kesal dan sedih. Allah S.W.T. tidak merasa sesal dan kecewa terhadap hamba-hamba-Nya, tetapi Dia hanya menjelaskan bahwa tindak-tanduk mereka wajar dikesalkan oleh setiap orang karena perbuatan mereka amat malang dan amat didukacitakan. Ia akan membawa kepada akibat yang amat buruk dan bala yang amat besar. Alangkah besarnya penyesalan hamba-hamba Allah yang diberi peluang unnuk menyelamatkan diri, tetapi mereka tidak mempedulikannya. Mereka melihat di hadapan mereka akibat kebinasaan yang telah menimpa umat-umat sebelum mereka, tetapi mereka tidak mengambil pengajaran dan manfa’at darinya. Allah S.W.T. membuka kepada mereka pintu-pintu rahmat- Nya dengan mengirimkan rasul-rasul dari satu masa ke satu masa, tetapi mereka menjauhkan diri dari pintu-pintu rahmat itu dan berkelakuan biadab terhadap Allah.
30. “Tiada seorang rasul yang datang kepada mereka melainkan mereka ejekkannya.”
31. “Tidakkah mereka mengetahui berapa banyak umat sebelum mereka yang telah Kami binasakannya dan mereka tidak lagi pulang kepada mereka.”
32. “Dan setiap orang dari mereka pasti akan dihadirkan di hadapan Kami” Kebinasaan umat-umat yang dahulu kala yang pergi tidak pulang di sepanjang tahun dan abad itu sepatutnya menjadi pengajaran kepada orang yang berfikir dengan insaf, tetapi mereka yang malang itu tidak berfikir dengan insaf. Mereka akan menerima nasib yang sama. Manakah keadaan yang lebih dikesalkan dan keadaan mereka yang seperti ini? Seekor binatang memperlihatkan rasa gentarnya apabila melihat saudaranya binasa di hadapannya dan ia akan cuba menghindarkan dirinya sedapat mungkin dan menerima nasib yang sama, tetapi mengapa manusia sanggup melihat manusia-manusia yang lain binasa seorang demi seorang kemudian dia terus meluru ke jalan yang sama? Perasaan angkuh itulah yang memperdayakannya dan melihat akibat yang buruk yang telah banyak menimpa orang lain itu. Kebinasaan umat-umat yang dahulu yang berlaku di sepanjang jalan adalah dapat dilihat semua orang, tetapi mereka seolah-olah buta tidak dapat melihatnya. Dan andainya orang-orang yang binasa itu pergi tidak pulang-pulang kepada generasi-generasi pengganti mereka, maka ini bukanlah bererti mereka ditinggalkan begitu sahaja atau terlepas dari hisab Allah.

 
DAFTAR ISI : 1 - 2 - 3 - 4 - 5 - 6 - 7 - 8 - 9 - 10 - 11 - 12 -